Senin, 02 Mei 2011 15:48 WIB
Modifikasi Honda Kirana 2005
Honda Kirana, Garapan Seniman Musik Klasik
Mr. Panjul lebih dikenal
orang seputar Jogja, khususnya pemusik sebagai pemain saxsophone atau
saksofon. Hadir di bumi 35 tahun lalu itu, paling suka banget musik
klasik. Sampai-sampai tunggangan yang menemani selama ini sepanjang
karirnya juga ikut dimodifikasi aliran klasik modern.
“Kebetulan saya suka hal berbau klasik. Makanya Honda Kirana ngangur di gudang pun dirombak macam tunggangan klasik. Tapi, bukan berarti seniman klasik, lho! Intinya, gimana sekarang ini motor enak dilihat dan enjoy dibawa kemanamana,” buka Mr. Panjul.
Namun dalam prosesnya, bikin motor klasik enggak semudah bawain lagu dan musik klasik. Buktinya motor sudah berapa kali pindah rumah modifikasi, hanya digarap setengah-setengah alias setengah jadi. Malah terakhir, motor sempat terserak dalam bentuk potong-potongan di sebuah bengkel modifikasi yang enggan disebutkan namanya.
Merasa belum dapat modifikator yang tepat, Mr. Panjul pun coba bertandang ke padepokan Baloenk Modified Jogja (BMJ). Di mana Dwi Baloenk Kapdono sebagai peracik di rumah modifikasi BMJ Yogyakarta, katanya biasa garap motor beraliran klasik.
“Sebal juga sih enggak ada perkembangan. Sampai-sampai ada modifikator yang bilang, sudah dapat inspirasi untuk motor jenis Kirana. Makanya saya coba bertandang dan pindah ke BMJ karena dia punya konsep yang saya suka,” cerita Panjul.
Di BMJ memang ada beberapa konsep yang disodorkan. Termasuk konsep klasik modern yang akhirnya dipilih Mr. Panjul. Ciri-cirinya dandanan memang seperti motor klasik. Namum karena ada unsur modern, beberapa peranti yang ada di motor baru seperti sistem pengereman cakram pun dipakai. Contoh cakram belakang lebar plus monosok.
Begitupun kaki depan model ayam jago yang adopsi sok depan Honda Tiger Revo. Lalu ban depan-belakang pasang tapak lebar menggunakan Swallow ukuran 120 dan 140 ring 14. Konon pemasangan ban lebar ini bertujuan untuk menguatkan kesan klasik modern.
“Kebetulan saya suka hal berbau klasik. Makanya Honda Kirana ngangur di gudang pun dirombak macam tunggangan klasik. Tapi, bukan berarti seniman klasik, lho! Intinya, gimana sekarang ini motor enak dilihat dan enjoy dibawa kemanamana,” buka Mr. Panjul.
Namun dalam prosesnya, bikin motor klasik enggak semudah bawain lagu dan musik klasik. Buktinya motor sudah berapa kali pindah rumah modifikasi, hanya digarap setengah-setengah alias setengah jadi. Malah terakhir, motor sempat terserak dalam bentuk potong-potongan di sebuah bengkel modifikasi yang enggan disebutkan namanya.
Merasa belum dapat modifikator yang tepat, Mr. Panjul pun coba bertandang ke padepokan Baloenk Modified Jogja (BMJ). Di mana Dwi Baloenk Kapdono sebagai peracik di rumah modifikasi BMJ Yogyakarta, katanya biasa garap motor beraliran klasik.
“Sebal juga sih enggak ada perkembangan. Sampai-sampai ada modifikator yang bilang, sudah dapat inspirasi untuk motor jenis Kirana. Makanya saya coba bertandang dan pindah ke BMJ karena dia punya konsep yang saya suka,” cerita Panjul.
Di BMJ memang ada beberapa konsep yang disodorkan. Termasuk konsep klasik modern yang akhirnya dipilih Mr. Panjul. Ciri-cirinya dandanan memang seperti motor klasik. Namum karena ada unsur modern, beberapa peranti yang ada di motor baru seperti sistem pengereman cakram pun dipakai. Contoh cakram belakang lebar plus monosok.
Begitupun kaki depan model ayam jago yang adopsi sok depan Honda Tiger Revo. Lalu ban depan-belakang pasang tapak lebar menggunakan Swallow ukuran 120 dan 140 ring 14. Konon pemasangan ban lebar ini bertujuan untuk menguatkan kesan klasik modern.
Kemudian gaya klasiknya bisa dilihat dari bentuk bulat dan oval
sepatbor belakang, yang sepadan ubahan pada jok, braket dan lampu rem
belakang, cover samping dan knalpot dengan rangka underbone asli yang
masih oval.
“Semua handmade. Khusus knalpot, Mr. Panjul minta didesain seperti saxsophone. Karena, itu ciri khas beliau yang biasa main dan bawa alat musik tiup itu kemana pergi. Makanya saya hargai usulnya,” lanjut Baloenk yang tinggal di Jl. Jati No. 163, Gejayan Condongcatur, Depok Sleman, Jogja.
Sedang warna motor, dipilih tembaga biar kesan klasik semakin kentara. Bahkan untuk mengurangi kekosongan tampilan keseluruhan bodi, Kirana klasik modern dikasih cuting sticker triball minimalis yang dilindungi cat clear.
Walau tampangnya berubah 100%, mesin motor tetap standar. Bahkan semua yang digunakan serba fungsional, termasuk motor stater. Semuanya dijamin funsional dan sangat safety, karena si pemiliknya memang ingin motor ini tetap enak dipakai harian. (motorplus-online.com)
“Semua handmade. Khusus knalpot, Mr. Panjul minta didesain seperti saxsophone. Karena, itu ciri khas beliau yang biasa main dan bawa alat musik tiup itu kemana pergi. Makanya saya hargai usulnya,” lanjut Baloenk yang tinggal di Jl. Jati No. 163, Gejayan Condongcatur, Depok Sleman, Jogja.
Sedang warna motor, dipilih tembaga biar kesan klasik semakin kentara. Bahkan untuk mengurangi kekosongan tampilan keseluruhan bodi, Kirana klasik modern dikasih cuting sticker triball minimalis yang dilindungi cat clear.
Walau tampangnya berubah 100%, mesin motor tetap standar. Bahkan semua yang digunakan serba fungsional, termasuk motor stater. Semuanya dijamin funsional dan sangat safety, karena si pemiliknya memang ingin motor ini tetap enak dipakai harian. (motorplus-online.com)
Penulis : Riy@n | Teks Editor : Nurfil | Foto : Riyan
copas langsung dari http://motorplus.otomotifnet.com/read/2011/05/02/318863/98/10/Honda-Kirana-Garapan-Seniman-Musik-Klasik
No comments:
Post a Comment